Daftar Blog Saya

Sabtu, 30 Juli 2011

MENGENAL KITAB TAFSIR KARYA ULAMA BESAR

A. Karya Ulama di era Peradaban Islam Klasik

Diantara kitab tafsir karya ulama besar tempo dulu yang banyak menjadi rujukan dalam kajian tafsir hingga kini, antara lain:

1. Kitab Jami'al Bayan fi Tafsir al Qur'an karya Imam Ath Thabary (224- 310 H)

Kitab tafsir ini merupakan karya Muhammad bin Jarir bin Yazid ath Thabary yang dikenal dengan Ibn Jarir Ath Thabary. Ia berasal dari Thabaristan yang lahir di Baghdad pada tahun 224 H. Ia menetap di Baghdad hingga akhir hayatnya pada tahun 310 H.
Ath habary terkenal sebagai orang pencari ilmu, iabanyak mengelana ke berbagai kota di Iran, Irak, Suriah dan Mesir. Disamping sebagai ahli tafsir, ia juga merupakan penulis kitab sejarah yang terkenal dan juga ahli dalam hadits.
Kitab karya At Thabari ini sering dijadikan rujukan dalam menafsirkan Al Qur'an. Imam An Nawawi, memuji kitab ini:" seluruh umat telah sepakt bahwasanya tiada kitab tafsir yang sebanding dengan tafsir ath thabary."
Kitab tafsir karya Ath Thabari ini oleh penerbit Dar al Hijr kairo dicetak dalam 25 jilid.


2. Kitab Al Jami'li Ahkam al Qur'an karya Imam Al Qurthuby (w. 671 H)

Kitab ini merupakan karya ulama asal kota Cordoba, Andalusia (Spanyol sekarang) yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Abu Bakar al Anshari al Qurthubi. Ia hidup pada abad ke-7 H.
Ia terkenal sebagai seorang ahli tafsir dan juga ahli fiqih. Sehingga dalam tafsirnya ia banyak mengangkat masalah hukum hukum fiqih.
Tafsir Al Qurthubi ini oleh penerbit Dar Ihya wa at Turats, Beirut dicetak dalam 20 jilid.


3. Kitab tafsir Al Qur'an al Azdhim karya Ibnu Katsir (705-774 H)

Kitab tafsir Al Qur'an al Adzim merupakan karya Ibnu Katsir atau lengkapnya Imaduddin Abu Al Fida Ismail bin Amru bin Katsir. Ibn Katsir disamping terkenal sebagai mufasir, ia terkenal juga dalam bidang sejarah, fiqih dan juga hadits.
Oleh penerbit Da at Thayyibah, Riyadh, kitab tafsir ini dicetak dalam 8 jilid.


4. Kitab Fathu al Qodir karya Imam As Syaukani (1173-1250 H)

Kitab Fathu al Qodir merupakan karya Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Asy Syaukani, da terkenal dengan nama Imam Asy Syaukani. Imam Asy Syaukani terkenal sebagai ulama yang menonjol di abad 13 H. Ia karyanya disamping dalam bidang tafsir juga menyangkut hadits, fiqih, ushul fiqih dan juga sejarah.
Oleh penerbit Dar al hadits, Kairo, kitab ini dicetak dalam 5 jilid.


B. Kitab tafsir karya ulama kontemporer,

Diantara kitab tafsir ulama kontemporer (kini) yang terkenal, antara lain:

1. Al Manar karya Rasyid Ridla

Rasyid Ridla merupakan penulis awal dalam pengkajian tafsir dalam pandangan yang lebih modern. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh tokoh pembaharuan asal Mesir, Muhammad Abduh.
Rasyid Ridla berasal dari Tripoli dan kemudian hijrah ke Mesir. Dan di Mesir ini ia banyak mengikuti kajian tafsir dari Muhamad Abduh. Dan hasil ceramah sang guru kemudian dipublikasikan dalam majalah Al Manar, sebuah majalah yang menjadi corong da'wah Muhammad Abduh.
Kitab tafsir ini dicetak dalam 12 jilid besar.


2. Fi Zilal Al Qur'an karya Sayyid Qutb

Sayyid Qutb atau nama lengkapnya Sayyid Qutb Ibrahim Hasan Syadzuli merupakan salah seorang tokoh gerakan dalam organisasi Ikhwanul Muslimin Mesir. Suatu geakan yang tokoh-tokohnya banyak dimasukan ke dalam penjara oleh rezim penguasa Mesir, termasuk beliau yang juga dipenjara.
Oleh penerbit Dar as Syuruq Beirut kitab ini dicetak dalam 6 jilid.


3. Kitab tafsir Kontemporer karya Ulama besar Nusantara

Diantara ulama besar di indonesia yang menulis kitab tafsir antara lain:

1. Al Azhar karya Hamka

Hamka merupakan penulis muslim yang paling produktif di Indonesia. Karya tafsirnya banyak ditulis ketika ia dipenjara di era rezim soekarno.


2. Al Misbah karya Quraisy Shihab

MENGENAL KITAB TAFSIR KARYA ULAMA ULAMA BESAR

Sangat banyak karya ulama besar tempo dulu yang tidak dikenal dewasa ini. Hal ini disebabkan karena disamping kesinambungan sejarah peradaban dan pemikiran umat islam yang begitu lama terputus, dan keterjebakannya umat dalam pemikiran sempit dan kurang berwawasan masa depan. Seolah tidak ada benang antara masa silam dengan masa depan.
Membuka pemikiran diri terhadap masa lampau yang kaya dalah suatu keharusan sejarah bagi orang-orang yang ingi membangun sejarah masa depan, Karena terlalu banyak pelajaran yang diwarisi masa lampau untuk melangkah dengan gagahnya dalam menyambut masa depan peradaban yang cemerlang. Karena begitu kecilnya peranan kita dibandingkan dengan para pendahulu-pendahulu yang karya-karyanya sangat menakjubkan. Bahkan untuk pemikir hebat masa kinipun belum bisa menyamai pemikir-pemikir hebat dizamannya.
Jadi benar suatu perkataan, jika ingin menjadi orang besar (maksudnya dalam arti orang hebat) maka kita harus bercita-cita menjadi orang besar (orang hebat) dan membaca karya-karya orang besar (orang hebat), disamping kita harus melangkah dengan cara-cara orang besar (orang hebat) juga.

Kamis, 14 Oktober 2010

MENGENAL PEMIKIR MUSLIM KONTEMPORER

Di era kontemporer ini setidaknya ada beberapa pemikir muslim yang menghiasi wacana keislaman dalam tatanan global. Meskipun disisi lain kadang pemikirannnya saling berhadapan,tetapi hal ini mengindikasikan semakin matangnya para pemikir islam kini, dalam meraih konsep pemikiran islam yang ideal dizamannya.

Dalam tulisan ini, setidaknya ada beberapa tokoh muslim yang menghiasai tataran wacana kontemporer dalam konteks yang berlainan dan sangat menonjol dibidangnya, diantaranya:

1. Fazlurrahman (1919- M)

Seorang pemikir neo-modern dan penganjur post modernisme asal pakistan. Karena pemikirannnya yang sangat luas, sehingga ia dianggap sebagai pembaharu yang paling berpengaruh terhadap pemikiran Islam pada abad ke-20 M.
Ia seorang pemikir yang sangat Qur'an oriented, oleh karenannya ua berpendapat bahwa setiap pemikiran islam yang sah harus berangkat dari pemahaman yang benar terhadap Al Qur'an.
Pemikiranya yang terpenting darinya adalah seruannya tentang perlunya umat Islam melakukan rekontruksi total terhadap pemahaman Islam. Iamengajukan setidaknya 2 langkah , yaitu perlunya dibedakan secara jelas islam normatif dan Ilam sejarah. Dan yang kedua adalah perlunya rekonstruksi ilmu-ilmu islam.


2. Ismail Raji' al Faruki (1921-1986 M)

Seorang tokoh yang gigih memperjuangkan Islamisasi ilmu pengetahuan asal Pelestina. Ia juga dikenal sebagai pelopor studi-studi Islam di Universitas di Amerika. Sayyed Husein Nashr menyebutnya sebagai sarjana pertama yang mendedikasikan sepanjang hayatnya kepada studi-studi Islam di AS.
Kontribusinya yang terkenal dari AlFaruki adalah tentang diskursus Islamisasi ilmu pengetahuan (TheIslamization of Knowledge). Dalam visi Islam, Al faruki setidaknya menawarkan 2 langkah, yaitu kewajiban belajar tentang peradaban islam, mengenal dirinya da peradabannya serta warisan kebudayaannya. hal ini dimaksudkan agar umat Islam tidak kehilangan jati dirinya. Dan yang kedua adalah islamisasi ilmu pengetahuan, proyek untuk membentuk ilmu pengetahuan islami yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga layak dipergunakan dalam pendidikan Islam. dan ia sendiri memperkenalkan 12 langkah sistematis menuju islamisasi ilmu pengetahuan.


3. Sayyed Husein Nashr (1933- M)

Seorang pemikir muslim kontemporer dan pemikir mustik modern asal Iran yang tinggal di Amerika Serikat.
Ia seorang pemikir yang telah engkritik pemikiran dan sains barat karena dipandangnya sarat dengan bias atomistik dan material. Ia mendukung signifikansi tradisi mistik (tasauf) dalam dunia agama-agama sebagai perlawanan terhadap saintisme dan menunjukan bagaimana tradisi mistik islam (tasauf) secara terperinci.


4. Ali Syari'ati ( 1933- M)

Seorang sosiolog, yang kemudian menjadi ideolog dan salah satu arsitek revolusi Islam di Iran, disamping Ayatullah Khomaeni, Ayatullah Muthahari dan Ayatullah Mahmud Taliqani.
Salah satu pemikiranya yang terpenting adalah tentang bentuk keislaman yang global. Menurut perspektifnya semua bentuk keislaman yang bercorak kemadzhaban dan lokal, tidak mempunyai nilai yang berarti, tetapi yang memiliki nilai penting adalah Islam yang sadar dari bangkit, karena hal ini bisa diterima oleh orang-orang yang sadar dan kaum terpelajar.
Tentang intelektual,ia sangat mengecam pelacuran intelektual hanya guna mendapatkan jabatan dan kedudukan. ia mengecam dengan keras orang yang memandang dirinya sebagai pemikir (intelektual) , tetapi tidak berpartisipasi menghadapi dekadensi, terkungkung oleh kebingunagn dan menahan diri dari melakukan sesuatu karena takut menghadapi penindasan. Kaum intelektual semacam itu ia sebut kaum intelaktual / pemikir yag terasing dalam masyarakatnya, pemikir yang gagal mendaratkan idenya pada insfrastruktur masyarakatnya. Menurutnya tak beda dengan buku yang bagus tapi tersimpan rapi di perpustakaan. Pemikir semacam itu tidak akan membawa dampak apapun bagi masyarakatnya.


5. Hasan hanafi (1934-.....M)

Filsuk hukum islam dan guru besar fakultas filsafat universitas Kairo. Ia termasuk seorang pemikir revolusioner yang memperkenalkan gagasan "kiri Islam" yang dicetuskan pada tahun 1981 M. Kiri Islam yang dimaksud adalah suatu gagasa untuk membangkitkan kembali peradaban Islam melalui pemurnian ajaran tauhid dan penentangannya trhadap dominasi kultur barat.
Gagasannya ini ia luncurkan dalam jurnal berkala Al Yasar al Islami: Kitabat an Nahdah al Islamiyah (Kiri Islam: Beberapa essai kebangkitan Islam) pada tahun 1981. Meskipun hanya terbit 1 kali karena dilarang pemerintah Mesir, tetapi tidak dapat menghapus gagasannya. Sejak itu gagasannya bergulir dan mencuatkan namanya ke pentas pemikir muslim kontemporer.


6. Fatima Mernisi (1940-...M)

Seorang pemikir (sosiolog) perempuan asal Maroko, yang tinggal lama di Prancis. Sebagai seorang intelektual dengan pendidikan barat yang mampu menganalisa dan mengkritik pemikiran barat menurut caranya sendiri. Ia juga banyak melakukan reinpretasi dan rekontruksi secara kritis terhadap beberapa rentang periode dalam sejarah umat manusia, khususnya yang berkaitan dengan peradaban Islam. Ia juga akrab dengan tema-tema postmodernis yang sering ia ggunakan dalam membuat kerangka analis bagi gerakan sosial Islam.


(lanjut............)

Selasa, 05 Oktober 2010

MENGENAL PARA PENGUASA SETELAH NABI MUHAMMAD SAW

Pada abad ke 7 M, terdapat suatu kekuatan besar dalam peradaban manusia waktu itu yang saling berhadap-hadapan, yaitu kekaisaran Romawi di utara dan kekisraan Persia di selatan. Daerah-daerah dperbatasan kedua negara, jika tidak dikuasai oleh romawi, maka dikuasai persia dan sebaliknya.

Karena kekuasaan yang begitu besar dari kedua kekaisaran tersebut, orang waktu itu beranggapan, bahwa tidak mungkin ada kekuatan yang bisa mengalahkan kedua kekuatan tersebut. Dan orang tidak menyangka bahwa yang dapat mengalahkan atau dapat menyaingi 2 kekuatan itu justru lahir di suatu tempat yang gersang dan berperadaban tidak begitu menonjol.

Nabi Muhammad SAW pembawa risalah Islam hanya perlu 15 tahun (13 tahun di Mekah dan 2 tahun di Madinah) dalam melakukan pengkaderan untuk menjadikan kekuatan yang disegani. Dan ia harus rela diusir dari kaumnya. Setelah serangan kaum quraisy pertama sehingga memicu perang badar, dan dimenangkan dengan gemilang oleh kaum muslim, menandai era baru dalam kekuatan muslim. Meskipun hampir mengalami kekalahan pada penyerbuan Quraisy yang kedua yang menyebabkan perang di bukit Uhud, pelan tetapi pasti kekuatan kaum muslimin semakin meningkat. Sehingga hampir seluruh penyerangan yang dilakukan oleh kaum quraisy mengalami kegagalan, dan akhirnya pusat kekuasan Quraisy di Mekah jatuh pada kaum muslimin pada tahun ke-10 setelah Nabi terusir di di Mekah.

Disini menandakan bahwa nabi Muhammad, selain sebagai pembawa risalah, ia juga pembangun sutau organisasi yang mumpuni, panglima perang yang hebat dan ahli strategi yang brilyan. Disamping itu ia juga berhasil membangun komitmen keumatan yang sangat humanis, menjunjung tinggi kwalitas-kwalitas perorangan menjadi kekuatan kolektif yang sangat mengagumkan.

Setidaknya Nabi membangun suatu dasar-dasar baru peradaban manusia yang berkomitmen, humanis, dalam rentang yang sangat singkat, yakni 23 tahun, yakni setelah ia dikarunia risalah kenabian (umur 40 tahun) hingga meninggalnya (umur 63 tahun), sehingga menjadi kekuatan yang sangat disegani.

Setelah Nabi Muhammad meninggal, tampuk kekuasaan kemudian beralih menjadi kepemimpinan kolektif yang disebut sistem kehaklifahan, meskipun pemegang kekuasaan tertinggi tetap ada pada satu orang yang disebut khalifah.


Era Kekhalifahan

1. Abu bakar
Khalifah pertama, Abu bakar, mewarisi kekuatan Islam yang sedang berkembang yang sangat besar, meskipun disisi lain harus menghadapi kekuatan besar dari luar, dan perpecahan internal bangsa arab yang gampang bergolak. Tetapi sang khalifah bisa mengatasi berbagai kekuatan luar , dengan mengangkat panglimanya yang profesional.
Kettika pertama kali diangkat khalifa, ia harus menghadapi kekuatan bangsa Arab dibawah pimpinan Musailamah, yang terkenal dengan nama Musailamah al khazab (sipembohong), seorang yang mengaku nabi dan melakukan pemberontakan kepada kekhalifahan. Dengan bersusah payah pemberontakan ini dapat dipadamkan.
Setelah itu, sang khalifah harus mempersiapkan juga tentara-tentaranya menghadapi Persia dan Romawi yang siap untuk menyerang Arab.

2. Umar bin Khathab


3. ......lanjut


Sabtu, 02 Oktober 2010

MENGENAL PENULIS PENULIS PRODUKTIF MUSLIM DI TANAH AIR

Terdapat banyak ulama produktif di Indonesia, tetapi belum banyak orang mengenalnya, karena terlalu minimnya sumber pustaka yang ada di Indonesia. Banyak orang kaya atau cendekia yang belum memikirkan tentang pentingnya perpustakaan yang mengoleksi khazanah pemikiran Islam di Indonesia, sehingga banyak karya-karya ulama yang hingga kini asing atau bahkan nama ullamanya itu sendiri begitu asing di telinga kita atau dalam pemikiran kita.

Terdapat banyak ulama produktif , tetapi dalam pembahasan ini dibatasi dari abad ke 19 M hingga kini, karena ulama-ulama sebelumnya sudah dibahas atau akan dibahas dalam konteks asal daerahnya, seperti ulama ulama di era peradaban Aceh darusalam, dan lain-lain.


1. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary (w. 1227 H/ 1812 M)

Seorang ulama besar yang berperanan penting dalam perkembangan Islam di Kalimantan. Ia lahir di Lok Gabang Martapura, yang waktu itu menjadi ibukota kesultanan Banjar, dan belajar di Mekah selama 30 tahun.

Ia termasuk seorang ulama produktif dan juga pembaharu. sebelum kembali ke Martapura, ia singgah di Jakarta (Batavia waktu itu) dan melakukan pembetulan arah kiblat beberapa mesjid disana, seperti: Mesjid jembatan 5, Mesjid Luar batang dan mesjid Pekojan, yang waktu itu mendapat tantangan dari ulama tradisi. Ia juag adalah orang yang melakukan pembaharuan dalam administrasi pengadilan di kesultanan Banjar.

Diantara karya-karya tulisnya, antara lain: sabil al Muhtadin (Jalan orang yang mendapat petunjuk), Kitab an Nikah, Kitab Al faraid (tentang waris), Usul al Din (tentang pokok-pokok ajaran agama), Tuhfah ar raghibin (permata orang-orang yang berkeinginan), dan lain-lain.


2. Syekh Nawawi Albantany (w. 1314 H/ 1897 M)

Seorang ulama besar asal Banten. Ia termasuk ulama yang paling produktif yang banyak sekali menghasilkan karya (buku). Ia menulis lebih dari 80 judul buku dalam berbagai ilmu pengetahuan keagamaan.

Lahir di Serang Banten, lama tinggal di Mekah, dan pernah mengajar di Masjidil Haram. Setelah belajar 3 tahun di Mekah, ia kembali ke Banten dan mengajar disana. Tetapi gerak-geriknya mulai di diawasi, dan dilarang khutbah di Mesjid-mesjid oleh Pemerintah penjajah Belanda, sehingga ia kemudian pergi lagi ke Mekah. Disini ia memperdalam ilmu dan kemudian mengajar.

Banyak sekali ulama-ulama besar di Indonesia waktu itu yang pernah menjadi muridnya, seperti: KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Kholil Bangkalan, KH. Hasyim asyari (pendiri NU), KH asnawi Kudus, KH. Tb. Bakrie Purwakarta, KH Arsyad Thawil dan lain-lain.

Diantara karya-karya tulisnya, antara lain: Tafsir Al Munir (yang memberi sinar), Kasifah al saja (tentang fiqih), Syarh al 'Uqud al Lujjayn fi Bayan al Huquq al Jawjain, Nihayah al Jayn, Sallam al Munajah, At tausiyah, Fath al Majid (pembuka bagi yang mulia), dan lain-lain.


3. Syekh Mahmud at Tarmasiy (w. 1929 M)

Seorag ahli hadist yang berilmu luas, dan termasuk ulama yang produktif dalam bidang ini (hadits). lahir di Tremas Pacitan Jawa Timur, dan ama belajar di Mekah serta Madinah.

Karya tulisnya sangat banyak sekali, dalam berbagai bidang keagamaan, mencakup ilmu fiqih, ulumul qur'an, hadits dan ushul. Kebanyakan tulisannya masih dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan) dan sekitar 15 buku yang telah diterbitkan.

Diantara karya-karyanya tersebut, antaralain: Manhaj Dzawi'n Nadzhar fi Sharh Manzhumat 'ilm al atsar (tentang musthalahul hadits), Al Khil'ah al fikriyah bi Syarh al Minhah al kahiriyah, Nasha'ih al 'ibad, dan lain-lain.


4. Syekh Ahmad Khathib (w. 1334 H/ 1919 M)

Seorang ulama besar asal Minangkabau, dan merupakan guru dari para kaum pembaharu di tanah air. Ia bermukim dan mengajar serta menjadi imam di masjidil haram. Ia terkenal juga sebagai ulama pengkritik tajam kaum tradisi

Sebagai pembaharu awal, ia mempunyai murid yang sangat banyak, terutama asal Indonesia yang belajar di mekah. Diantara ulama-ulama besar Undonesua yang pernah belajar padanya, antara lain: Syaikh Jamil Jaho, muhammad Jamil jambek, taher Jamaluddin, M. Thaib Umar, Abdullah Ahmad, Abdul Karim amrullah, H. Agus salim, KH. ahmad Dahlan, Hasyim asyary, H. M. basuni Imran, H. Abdul Halim, dan lain-lain.

Karyanya banyak sekali, terutama dalam masalah polemiknya terhadap Naqsyabandiyah, tradisi Minangkabau, tentang pembelaannya terhadap pendirian syarikat Islam, disamping ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu hitung (ilmu hisab).

Diantara karya-karyanya, antara lain: Al jawahir an Naqiyyah fi al amal aljabiyyah, Raudhatu'l Hisab fi 'ilm al Hisab, Iqna an Nufus, An Nafahat, dan lain-lain.


(lanjut....)

Sabtu, 25 September 2010

MENGENAL ULAMA PENCERAH DI INDONESIA

Sebagai negara muslim terbesar di dunia, indonesia tentu memilki ulama-ulama pencerah dalam wacana keagamaan dan ketatanegaraan, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil, dan juga belum mendapat dukungan yang luas dalam mayoritas masyarakatnya. Seperti kita ketahui, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat tradisionalis yang terjajah selama ratusan tahun (350 tahun), sehingga masyarakatnya masih terjebak dalam pandangan tradisional bangsa terjajah dan lokalistik. Tradisi lokal begitu dominan dalam pemikiran masyarakat indonesia, sehingga nilai-nilai agama terkubur (tertutup) dalam kebiasaan (tradisi) masyarakatnya yang masih awam terhadap agama.

Sikap anti kritik (jumud), taklid buta (mengikuti sesorang tanpa ilmu), malas membaca dan menganalisa menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat yang agak ketinggalan dalam berbagai bidang kehidupan. Upaya-upaya meretas dan menggugah kembali pemikiran islam mulai banyak dilakukan oleh generasi-generasi muslim diawal abad ke-20 M. Tetapi upaya-upaya untuk menjadikan masyarakat muslim menjadi masyarakat yang kuat justru mendapat tantangan dari para ulama tradisional yang mengedepankan tradisi lokal keagamaan diatas nilai-nilai Islam, dan agama (islam) hanya menjadi cangkang (tutup) dari tradisi lokal yang mengikat. Ulama-ulama tradisional telah mempertahankan begitu kuat nilai-nilai tradisi lokal dalam gemuruh dan ritualitas agama, sehingga yang tampak seolah-olah tradisi islam padahal nilai-nilai tradisi lokal yang dipegang erat.

Sikap yang demikian tidak hanya dipegang teguh oleh masyarakat indonesia yang mayoritas, tetapi juga oleh para mayoritas ulamanya yang tidak menghendajki kebangkitan umatnya. Umat dibiarkan terjerembab dalam pandangan-pandangan masyarakat tradisi terjajah. Sehingga yang tampak adalah mayoritas umat islam yang ketinggalan dalam berbagai bidang, dan itu tetap dipertahankan.

Ulama-ulama pencerah telah lama membangkitkan pandangan dan pemikiran serta tauladan dalam upaya membangkitkan peran-peran masyarakat yang telah begitu kehilangan roh islam karena terlalu lamanya menjadi bangsa terjajah (350 tahun), sehingga pandangan-pandangan ketidaktahuannya menutupi segala potensi yang ada pada dirinya. Banyak pandangan-pandangan ulama-ulama pencerah mulai disadari justru setelah lebih dari seratus tahun, ketika kaum tradisional telah begitu banyak kekurangan dalam profesionalisme dalam berbagai hal. Dan sangat disayangkan, proses penyadarannya justru sangat terlalu lama, yaitu hampir seratus tahun lebih. Itupun masih dalam masalaah-masalah yang tidak terlalu prinsipil. dan hal ini belum menyangkut pada pokok permasalahan yang utama, yaitu melepaskan diri dari kebodohan, keterbelakangan, yang menyebabkan masyarakat mayoritas menjadi masyarakat yang tertinggal.

Diantara ulama-ulama pencerah yang melakukan pencerahan di indonesia, adalah:

1. Syekh Ahmad Khatib (w. 1334 H/ 1919 M)

Seorang ulama besar asal Minangkabau, yang dikenal sebagai pencerah (pembaharu) awal di Indonesia, dan bisa dianggap sebagai bapak pembaharu di Indonesia. Dari pemikiran dan juga didikannya, maka banyak lahir ulama-ulama besar yang melakukan pencerahan, terutama di daerahnya (Minangkabau) dan di Jawa.

Banyak ulama besar pembaharu merupakan hasil didikannya, atau pernah berguru padanya, diantaranya: Haji Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka), Syaikh Ja,il Jaho, Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad (perintis media islam pertama), Haji Agus Salim (tokoh pergerakan nasional), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah, dan merupakan tokoh pencerah terbesar), dan lain-lain.


2. KH Ahmad Dahlan (w. 1340 H/ 1923 M)

Seorang ulama besar asal Jogjakarta, tokoh pencerah terkemuka di Indonesia, dan merupakan pendiri persyarikatan Muhammadiyah. Disamping sebagai tokoh pencerah bidang keagamaan, ia juga merupakan pelopor pendidikan modern di Indonesia. Ia juga adalah tokoh yang selalu mengkampanyekan tentang kemandirian umat islam dengan mengembangkan badan-badan usaha, terutama pendidikan dan kesehatan.

Ahmad Dahlan adalah tokoh yang paling pantas disebut sebagai bapak pendidikan modern Indonesia. Karena dialah yang pertama mendirikan sekolah modern di indonesia (sangat keliru hal ini diberikan keppada pendiri taman siswa). Disamping sifatnya yang lebih universal, Ahmad Dahlan telah membuktikan tentang kemandirian umat Islam dalam membuat dan menghidupi lembaga pendidikan tanpa bantuan dari pemerintah penjajah Belanda, dan pemerintah indonesia.


3. Muhammad Thahir Jalaluddin (w. 1956 M)

Seorang murid muhammad Abduh (ulama besar asal Mesir dan merupakan tokoh pembaharu / pencerah terbesar dalam bidang intelektual). Ia berjasa dala menyebarkan gagasan pembaharuan / pencerahaan yang dibawa oleh gurunya (Abduh).

Lewat majalah "Al Imam", gagasan pembaharuan disebarkan ddi singapura, dan mulai berpengaruh di Indonesia.


4. Syekh Dr. Abdullah Ahmad (w. 1933 M)

Salah seorang pencerah (pembawa pembaharuan) asal Minangkabau, dan dianggap sebagai perintis jurnalistik keagamaan di Indoesia, pendiri majalah Almunir.


5. Syekh. Dr. Abdul Karim Amrullah (w. 1964 H/ 1945 M)

Seorang pencerah (pembaharu) terbesar Minangkabau dizamaannya, dan merupakan ayah dari intelektual ternama, Buya Hamka.

Ia selalu mengkampanyekan supaya kembali kepada sunnah nabi, meninggalkan taqlid, dan berupaya memberantas bid'ah-bid'ah dan khurafat yang masih banyak dilakukan di indonesia.



6. H. Samanhudi (w. 1375 H/ 1956 M)

Seorang tokoh pertama dalam khazanah Indonesia modern yang membangkitkan harga diri bangsa, dan mungkin paling pantas disebut "pelopor kesadaran nasional". Ia juga merupakan pendiri SDI (Syarikat Dagang Islam), yang menekankan tentang pentingnya kebangkitan ekonomi masyarakat Indonesia.


7. HOS Cokroaminoto (w. 1934 M)

Pendiri SI (Syarikat Islam), dan merupakan tokoh yang paling pantas disebut bapak politik modern Indonesia, karena dialah yang pertama kali mendirikan partai politik di Indonesia dan mencetuskan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Meski turunan priyayi Jawa, HOS Cokroaminoto bisa melepaskan diri dari ikatan tradisi yang kuat tersebut, dan menjadi pencerah terhadap pemikiran politik di Indonesia.


8. Ahmad Hasan (w. 1962 M)

Seorang pemikir yang menjadi inspirator banyak tokoh di Indonesia. Ia merupakan seorang pemikir fiqih besar, yang melakukan pembaharuan terhadap pemikiran fiqih di Indonesia, disamping tokoh yang paling berpengaruh dalam organisasi Persis (persatuan Islam).

Ia terkenal sebagai ahli polemik masalah keagamaan dan juga seorang penulis produktif, dan banyak memperkenalkan cara mengambil hukum dalam fiqih.


9. Buya Hamka (w. 1981 M)

Buya Hamka adalah seorang intelektual terbesar dalam khazanah pemikiran Islam dan sastra melayu. Ia merupakan seorang ulama yang tidak banding dalam pemikiran dan juga karya, disamping daya kritiknya terhadap berbagai persoalan keagamaan dan juga dalam pemikiran ketatanegaraan.

Karyanya "Tafsir al Azhar" merupakan kitab tafsir terbesar yang dihasilkan oleh intelektual Indonesia dizamannya (dan mungkin hingga kini), dan pengkajiaannya banyak menyajikan pemikiran yang futuristik.. Disamping itu, ia telah membuktikan bahwa keluasan ilmu bisa didapat dengan jalan otodidak (belajar sendiri).


10. BJ Habibie (1936- M)

Merupakan tekhnolog terbesar yang dimiliki Indonesia. Ia merupakan pencerah dalam bidang tekhnologi, yang banyak mengirim orang-orang pandai ke luar negeri dalam upayanya mengembangkan tekhnologi di Indonesia. Disamping itu, ia termasuk tokoh yang banyak memberikan inspirasi bagi generasi sesudahnya daalam penguasaan ilmu-ilmu tekhnik di indonesia.


11. Dr. Imaduddin Abdurrahim (1931- M)

Pemggagas pendirian Ikatan cendekiawan muslim Indonesia (ICMI), dan merupakan seorang intelektual paling berpengaruh dalam pengkaderan Islam di lingkungan sekolah-sekolah sekuler yang didirikan oleh pemerintah Indonesia. Kedudukannya sebagai pengajar di ITB (Institut tekhnologi Bandung) menjadikannya tokoh terdepan dalam pengkaderan intelektual-intelektual terkemuka di Idonesia.

Tulisannya dalam bidang tauhid banyak menginspirasikan generasi terpelajar yang terdidik secara sekuler untuk mendalami islam dan juga memperjuangkannya meskipun mengalami jalan yang terjal.


12. Nurcholis Madjid (1939- M)

Nurcholis Majdid adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam pemikiran Islam dilingkungan masyarakat terdidik dalam bidang keagamaan. Tetapi pengaruhnya juga kemudian menjadikannya sebagai tokoh pembaharu pemikiran dizamannya.

Pemikirannya tentang universalisme, kosmolpolitanisme dan lain-lain banyak mengispirasikan kaum terdidik secara agama dalam memahami agama yang lebih luas.


13. Amin Rais (1944- M)

Amin rais adalah seorang pakar politik dan merupakan bapak reformasi di Indonesia. Dalam bidang pemerintahan dan ketatanegaraan, ia selalu mengkampanyekan tentang pentingnya federalisme sebagai pengganti sistem persatuan yang terpusat, yang dianggapnya telah gagal dan cenderung menumpuk kekayaan dipusat pemerintahan (jakarta). Meskipun ide negara federal masih ragu-ragu untuk diterima, dan lebih diterima dengan istilah "otonomi daerah". Tetapi dari idenyalah, daerah-daerah yang selalu dipandang sebelah mata, mulai merasakan ide-ide besar dari Amin rais, dan kemakmuran daerah-daerah sudah didepan mata.

(lanjut....)

Kamis, 23 September 2010

MENGENAL PARA PEMIKIR ISLAM KLASIK ACEH

Aceh merupakan tempat para pemikir-pemikir muslim klasik yang hebat. Meskipun banyak karya-karyanya yang hilang karena dibakar, dari sisa-sisa yang ada menunjukan, bahwa pemikirannya sangat mengagumkan......


1. Hamzah Fansury (w. 1607-1610 M)

Seorang pujangga dan ulama terkemuka aceh darusalam klasik (abad 17 awal). Ia merupakan penyair sufi yang tiada bandingnya di tanah nusantara. Disamping itu ia juga dianggap sebagai perintis tradisi sastra melayu.

Hamzah fansury hidup di era keemasan negeri Aceh Darussalam, era sultan alauddin Riayat syah Saiyid al Mukammil, dan era Sultan iskandar Muda (mp. 1016-1045 M). Ia merupakan pujangga sufi terbesar, yang dikemudian hari banyak diserang pemikirannya oleh ulama asal Ranir (india yang bermukim di Aceh).

Hamzah fansury adalah tipe manusia yang sangaat haus akan ilmu, sehingga ia banyak mengembara ke berbagai tempat untuk mempelajari ilmu keagamaan (Arab, India, Melayu, Siam, dan lain-lain), sehingga ia terkenal sangat alim dalam berbagaai ilmu pengetahuan (fiqih, tasauf, sejarah, filsafat, dan sastra. Ia juga menguasai berbagai bahasa: Arab, Persia, Melayu, Siam, Urdu, dan lain-lain).

Diantara karya-karyanya yang masih selamat karena pembakaran di era Ar Raniry, seorang ulama asal ranir, India, (yang menjadi qadi di pemerintahan Aceh Darusalam setelah Samsuddin Pase), yaitu : "Asrarul Arifin fi Bayani Ilm Suluk wat Tauhid", yang membahas tentang masalah ilmu tauhid dan ilmu suluk,; Kitab Syarabul Asyikin, dan lain-lain.


2. Samsuddin Pase (w. 1039 H/ 1630 M)

Seorang ulama terbesar yang dihasilkan oleh peradaban Islam klasik di Aceh. Ia merupakan murid dari Hamzah Fansury dan seorang intelektual yang mumpuni. Ia sangat menguasai berbagai ilmu pengetahuan keagamaan: fiqih, tarikh, tasauf dan juga filsafat, disamping dikenal sebagai pujangga. Ia juga terkenal sebagai negarawan yang agung (ahli tatanegara yang handal), disamping penguasaanya terhadap banyak bahasa (Arab, Persia, Melayu, Aceh dan Jawa). Dan pada masanyalah Aceh darusalam mengalami masa keemasannya, dibawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda.
Kedudukannya sebagai qadi malikul adil (yang merupakan orang kedua setelah sultan skandar Muda), dan mufti (ahli fatwa) besar, serta juga menjabat syekh Jami Baithurrahman (sekarang rektor Universitas Baiturrahman), membuat ia sangat berpengaruh dalam berbagai kebijakan dalam pemerintahan di era Sultan Iskandar Muda yang terkenal. Ia juga adalah orang yang paling berjasa menjadikan Aceh Darusalam sebagai pusat ilmu pengetaahuan dan kebudayaan di wilayah Asia tenggara. Dan pada masanyalah Aceh mencapai puncak keemasannya.


3. Bukhary al Jauhary (abad 17 M)

Seorang ulama besar asal Aceh Darusalam pada abad ke-17 M, penulis buku etika (adab) terkenal, yang berjudul ' Kitab Taj al Salatin', yang ditulis pada tahun 1603 M.

Kitab Taj al Salatin' merupakan karya adab dalam khazanah sastra melayu klasik, dan dianggap sebagai buku pertama tentang pemerintahan dalam sejarah kesusatraan Melayu, yang memandang politik sebagai bagiaan inheren dari agama.

Dalam bukunya ini ia menekankan tentang pentingnya ajaran Islam dalam praktek-praktek politik raja (penguasa), keharusan menjadikan ajaran Islam sebagai satu landasan perilaku politik penguasa di kerajaan.


4. Abdurrauf Singkel (w. 1106 H/ 1695 M)

Seorang ulama besar terakhir di era kejayaan peradaban Aceh Darussalam Klasik, yang terkenal dengan nama " Teungku Syiah Kuala", yang sekarang menjadi nama dari universitas yang ada di Aceh Darusalam (Universitas Syiah Kuala).

Ia terkenal sebagai orang yang cinta ilmu. ia mengembara selama 20 tahun untuk belajar kepada ulama-ulama besar di Jazirah Arab, Mekah, Madinah, Yaman, Baitul Maqdis, dan Istambul. Sehingga ia sangat terkenal dalam berbagai ilmu pengetahun, seperti: ilmu keagmaa (fiqih, tasauf, hadits, tafsir), sejarah, ilmu falak (astronomi), kedokteran, ilmu kalam (teologi) dan lain-lain.

Ia juga adalah ulama besar yang telah menerima ijazah tarekat dari imam-imam tarekat terkenal, seperti ijazah tarekat Qadiriyah dari Syekh Ahmad Qashashi, dan ijazah tarekat Syatariyah dari Syekh Burhanuddin Maula Ibrahim ibn Hasan Al Kawarani, dan lain-lain.

Ia datang ke Aceh ketika kerajaan Aceh Darussalam sedang mengalami kekacauan di era qadi malikul adil, Nurruddin Ar Raniry. Dimana Aceh berada dalam titik nadhir perpecahan yang berlarut-larut, karena perbedaan politik dan pemahaman terhadap agama.

Dan ketika ia diangkat menjadi Qadi, mufti dan syekh Baiturrahman, ia melakukaan berbagai reformasi kebijakan politik agar tidak terjadi lagi kerusuhan (chaos) akibat perbedaan pemahaman dan perbedaan politik yang tajam. Disamping itu, ia juga berjasa menjadikan Aceh Darusalam menjadi pusat kebudayaan dan juga pusat ilmu, yang banyak dikunjungi oleh kaum terpelajar.

Diantara, pelajar dari berbagai negara yang datang ke Aceh darussalam untuk berguru kepada Syek Abdurrauf adalah : Syekh Burhanudin, yang dianggap orang yang paling berjasa dalam pengislaaman di daerah Minangkabau; Dan juga Syekh Abdul Muhyi, yang dianggap sebagai orang yang paling berjasa dalam pengislaman di daerah Pasundan selaataan dan timur Kuningan, Garut, Ciamis dan Tasik malaya).


Ulama Luar Aceh yang Menjadi Qadi di Aceh Darussalam

Disamping keempat ulama besar asal Aceh tersebut, ada juga ulama yang sangat berpengaruh di era peradaban Aceh klasik, yaitu Nurruddin Ar raniry. Ar raniry adalah ulama besar asal ranir (rander), suatu bandar yang tidak jauh dari Gujarat India. Meskipun demikian, ia sangat fasih bahasa Melayu.

Karena perbedaan pemikiran dengan qadi almalikul adil 'Syamsuddin Pase', maka ia kemudian menjadi oposisi dan kemudian melakukan pemberangusan terhadap pemikiran Syamsuddun fase dan gurunya, Hamzah fansury. Di era Ar raniry inilah banyak terjadi pembakaran buku-buku lawan politiknya, yang merupakan khazanah pemikiran peradaban Aceh Darussalam yang sangat berharga.

Meskipun dianggap berjasa dalam memurnikan pemahaman agama yang salaf, tetapi di era ar raniry dianggap sebagai awal dari kemunduran pemikiran peradaban Islam klasik di era peradaban Aceh Klasik. Karena setelah generasi Ar raniry, meskipun masih ada yang tersisa, yaitu Syekh Abdurrauf, tetapi Aceh terus mengalami kemunduran peradabannya. (Nama Ar raniry sekarang dijadikan nama dari IAIN yang ada di Banda Aceh)


(........lanjut)









(lanjut).........