Terdapat banyak ulama produktif di Indonesia, tetapi belum banyak orang mengenalnya, karena terlalu minimnya sumber pustaka yang ada di Indonesia. Banyak orang kaya atau cendekia yang belum memikirkan tentang pentingnya perpustakaan yang mengoleksi khazanah pemikiran Islam di Indonesia, sehingga banyak karya-karya ulama yang hingga kini asing atau bahkan nama ullamanya itu sendiri begitu asing di telinga kita atau dalam pemikiran kita.
Terdapat banyak ulama produktif , tetapi dalam pembahasan ini dibatasi dari abad ke 19 M hingga kini, karena ulama-ulama sebelumnya sudah dibahas atau akan dibahas dalam konteks asal daerahnya, seperti ulama ulama di era peradaban Aceh darusalam, dan lain-lain.
1. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary (w. 1227 H/ 1812 M)
Seorang ulama besar yang berperanan penting dalam perkembangan Islam di Kalimantan. Ia lahir di Lok Gabang Martapura, yang waktu itu menjadi ibukota kesultanan Banjar, dan belajar di Mekah selama 30 tahun.
Ia termasuk seorang ulama produktif dan juga pembaharu. sebelum kembali ke Martapura, ia singgah di Jakarta (Batavia waktu itu) dan melakukan pembetulan arah kiblat beberapa mesjid disana, seperti: Mesjid jembatan 5, Mesjid Luar batang dan mesjid Pekojan, yang waktu itu mendapat tantangan dari ulama tradisi. Ia juag adalah orang yang melakukan pembaharuan dalam administrasi pengadilan di kesultanan Banjar.
Diantara karya-karya tulisnya, antara lain: sabil al Muhtadin (Jalan orang yang mendapat petunjuk), Kitab an Nikah, Kitab Al faraid (tentang waris), Usul al Din (tentang pokok-pokok ajaran agama), Tuhfah ar raghibin (permata orang-orang yang berkeinginan), dan lain-lain.
2. Syekh Nawawi Albantany (w. 1314 H/ 1897 M)
Seorang ulama besar asal Banten. Ia termasuk ulama yang paling produktif yang banyak sekali menghasilkan karya (buku). Ia menulis lebih dari 80 judul buku dalam berbagai ilmu pengetahuan keagamaan.
Lahir di Serang Banten, lama tinggal di Mekah, dan pernah mengajar di Masjidil Haram. Setelah belajar 3 tahun di Mekah, ia kembali ke Banten dan mengajar disana. Tetapi gerak-geriknya mulai di diawasi, dan dilarang khutbah di Mesjid-mesjid oleh Pemerintah penjajah Belanda, sehingga ia kemudian pergi lagi ke Mekah. Disini ia memperdalam ilmu dan kemudian mengajar.
Banyak sekali ulama-ulama besar di Indonesia waktu itu yang pernah menjadi muridnya, seperti: KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Kholil Bangkalan, KH. Hasyim asyari (pendiri NU), KH asnawi Kudus, KH. Tb. Bakrie Purwakarta, KH Arsyad Thawil dan lain-lain.
Diantara karya-karya tulisnya, antara lain: Tafsir Al Munir (yang memberi sinar), Kasifah al saja (tentang fiqih), Syarh al 'Uqud al Lujjayn fi Bayan al Huquq al Jawjain, Nihayah al Jayn, Sallam al Munajah, At tausiyah, Fath al Majid (pembuka bagi yang mulia), dan lain-lain.
3. Syekh Mahmud at Tarmasiy (w. 1929 M)
Seorag ahli hadist yang berilmu luas, dan termasuk ulama yang produktif dalam bidang ini (hadits). lahir di Tremas Pacitan Jawa Timur, dan ama belajar di Mekah serta Madinah.
Karya tulisnya sangat banyak sekali, dalam berbagai bidang keagamaan, mencakup ilmu fiqih, ulumul qur'an, hadits dan ushul. Kebanyakan tulisannya masih dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan) dan sekitar 15 buku yang telah diterbitkan.
Diantara karya-karyanya tersebut, antaralain: Manhaj Dzawi'n Nadzhar fi Sharh Manzhumat 'ilm al atsar (tentang musthalahul hadits), Al Khil'ah al fikriyah bi Syarh al Minhah al kahiriyah, Nasha'ih al 'ibad, dan lain-lain.
4. Syekh Ahmad Khathib (w. 1334 H/ 1919 M)
Seorang ulama besar asal Minangkabau, dan merupakan guru dari para kaum pembaharu di tanah air. Ia bermukim dan mengajar serta menjadi imam di masjidil haram. Ia terkenal juga sebagai ulama pengkritik tajam kaum tradisi
Sebagai pembaharu awal, ia mempunyai murid yang sangat banyak, terutama asal Indonesia yang belajar di mekah. Diantara ulama-ulama besar Undonesua yang pernah belajar padanya, antara lain: Syaikh Jamil Jaho, muhammad Jamil jambek, taher Jamaluddin, M. Thaib Umar, Abdullah Ahmad, Abdul Karim amrullah, H. Agus salim, KH. ahmad Dahlan, Hasyim asyary, H. M. basuni Imran, H. Abdul Halim, dan lain-lain.
Karyanya banyak sekali, terutama dalam masalah polemiknya terhadap Naqsyabandiyah, tradisi Minangkabau, tentang pembelaannya terhadap pendirian syarikat Islam, disamping ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu hitung (ilmu hisab).
Diantara karya-karyanya, antara lain: Al jawahir an Naqiyyah fi al amal aljabiyyah, Raudhatu'l Hisab fi 'ilm al Hisab, Iqna an Nufus, An Nafahat, dan lain-lain.
(lanjut....)
Terdapat banyak ulama produktif , tetapi dalam pembahasan ini dibatasi dari abad ke 19 M hingga kini, karena ulama-ulama sebelumnya sudah dibahas atau akan dibahas dalam konteks asal daerahnya, seperti ulama ulama di era peradaban Aceh darusalam, dan lain-lain.
1. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary (w. 1227 H/ 1812 M)
Seorang ulama besar yang berperanan penting dalam perkembangan Islam di Kalimantan. Ia lahir di Lok Gabang Martapura, yang waktu itu menjadi ibukota kesultanan Banjar, dan belajar di Mekah selama 30 tahun.
Ia termasuk seorang ulama produktif dan juga pembaharu. sebelum kembali ke Martapura, ia singgah di Jakarta (Batavia waktu itu) dan melakukan pembetulan arah kiblat beberapa mesjid disana, seperti: Mesjid jembatan 5, Mesjid Luar batang dan mesjid Pekojan, yang waktu itu mendapat tantangan dari ulama tradisi. Ia juag adalah orang yang melakukan pembaharuan dalam administrasi pengadilan di kesultanan Banjar.
Diantara karya-karya tulisnya, antara lain: sabil al Muhtadin (Jalan orang yang mendapat petunjuk), Kitab an Nikah, Kitab Al faraid (tentang waris), Usul al Din (tentang pokok-pokok ajaran agama), Tuhfah ar raghibin (permata orang-orang yang berkeinginan), dan lain-lain.
2. Syekh Nawawi Albantany (w. 1314 H/ 1897 M)
Seorang ulama besar asal Banten. Ia termasuk ulama yang paling produktif yang banyak sekali menghasilkan karya (buku). Ia menulis lebih dari 80 judul buku dalam berbagai ilmu pengetahuan keagamaan.
Lahir di Serang Banten, lama tinggal di Mekah, dan pernah mengajar di Masjidil Haram. Setelah belajar 3 tahun di Mekah, ia kembali ke Banten dan mengajar disana. Tetapi gerak-geriknya mulai di diawasi, dan dilarang khutbah di Mesjid-mesjid oleh Pemerintah penjajah Belanda, sehingga ia kemudian pergi lagi ke Mekah. Disini ia memperdalam ilmu dan kemudian mengajar.
Banyak sekali ulama-ulama besar di Indonesia waktu itu yang pernah menjadi muridnya, seperti: KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Kholil Bangkalan, KH. Hasyim asyari (pendiri NU), KH asnawi Kudus, KH. Tb. Bakrie Purwakarta, KH Arsyad Thawil dan lain-lain.
Diantara karya-karya tulisnya, antara lain: Tafsir Al Munir (yang memberi sinar), Kasifah al saja (tentang fiqih), Syarh al 'Uqud al Lujjayn fi Bayan al Huquq al Jawjain, Nihayah al Jayn, Sallam al Munajah, At tausiyah, Fath al Majid (pembuka bagi yang mulia), dan lain-lain.
3. Syekh Mahmud at Tarmasiy (w. 1929 M)
Seorag ahli hadist yang berilmu luas, dan termasuk ulama yang produktif dalam bidang ini (hadits). lahir di Tremas Pacitan Jawa Timur, dan ama belajar di Mekah serta Madinah.
Karya tulisnya sangat banyak sekali, dalam berbagai bidang keagamaan, mencakup ilmu fiqih, ulumul qur'an, hadits dan ushul. Kebanyakan tulisannya masih dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan) dan sekitar 15 buku yang telah diterbitkan.
Diantara karya-karyanya tersebut, antaralain: Manhaj Dzawi'n Nadzhar fi Sharh Manzhumat 'ilm al atsar (tentang musthalahul hadits), Al Khil'ah al fikriyah bi Syarh al Minhah al kahiriyah, Nasha'ih al 'ibad, dan lain-lain.
4. Syekh Ahmad Khathib (w. 1334 H/ 1919 M)
Seorang ulama besar asal Minangkabau, dan merupakan guru dari para kaum pembaharu di tanah air. Ia bermukim dan mengajar serta menjadi imam di masjidil haram. Ia terkenal juga sebagai ulama pengkritik tajam kaum tradisi
Sebagai pembaharu awal, ia mempunyai murid yang sangat banyak, terutama asal Indonesia yang belajar di mekah. Diantara ulama-ulama besar Undonesua yang pernah belajar padanya, antara lain: Syaikh Jamil Jaho, muhammad Jamil jambek, taher Jamaluddin, M. Thaib Umar, Abdullah Ahmad, Abdul Karim amrullah, H. Agus salim, KH. ahmad Dahlan, Hasyim asyary, H. M. basuni Imran, H. Abdul Halim, dan lain-lain.
Karyanya banyak sekali, terutama dalam masalah polemiknya terhadap Naqsyabandiyah, tradisi Minangkabau, tentang pembelaannya terhadap pendirian syarikat Islam, disamping ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu hitung (ilmu hisab).
Diantara karya-karyanya, antara lain: Al jawahir an Naqiyyah fi al amal aljabiyyah, Raudhatu'l Hisab fi 'ilm al Hisab, Iqna an Nufus, An Nafahat, dan lain-lain.
(lanjut....)
Bismillah,,
BalasHapusizi copi yah lagi,,,