Daftar Blog Saya

Sabtu, 25 September 2010

MENGENAL ULAMA PENCERAH DI INDONESIA

Sebagai negara muslim terbesar di dunia, indonesia tentu memilki ulama-ulama pencerah dalam wacana keagamaan dan ketatanegaraan, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil, dan juga belum mendapat dukungan yang luas dalam mayoritas masyarakatnya. Seperti kita ketahui, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat tradisionalis yang terjajah selama ratusan tahun (350 tahun), sehingga masyarakatnya masih terjebak dalam pandangan tradisional bangsa terjajah dan lokalistik. Tradisi lokal begitu dominan dalam pemikiran masyarakat indonesia, sehingga nilai-nilai agama terkubur (tertutup) dalam kebiasaan (tradisi) masyarakatnya yang masih awam terhadap agama.

Sikap anti kritik (jumud), taklid buta (mengikuti sesorang tanpa ilmu), malas membaca dan menganalisa menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat yang agak ketinggalan dalam berbagai bidang kehidupan. Upaya-upaya meretas dan menggugah kembali pemikiran islam mulai banyak dilakukan oleh generasi-generasi muslim diawal abad ke-20 M. Tetapi upaya-upaya untuk menjadikan masyarakat muslim menjadi masyarakat yang kuat justru mendapat tantangan dari para ulama tradisional yang mengedepankan tradisi lokal keagamaan diatas nilai-nilai Islam, dan agama (islam) hanya menjadi cangkang (tutup) dari tradisi lokal yang mengikat. Ulama-ulama tradisional telah mempertahankan begitu kuat nilai-nilai tradisi lokal dalam gemuruh dan ritualitas agama, sehingga yang tampak seolah-olah tradisi islam padahal nilai-nilai tradisi lokal yang dipegang erat.

Sikap yang demikian tidak hanya dipegang teguh oleh masyarakat indonesia yang mayoritas, tetapi juga oleh para mayoritas ulamanya yang tidak menghendajki kebangkitan umatnya. Umat dibiarkan terjerembab dalam pandangan-pandangan masyarakat tradisi terjajah. Sehingga yang tampak adalah mayoritas umat islam yang ketinggalan dalam berbagai bidang, dan itu tetap dipertahankan.

Ulama-ulama pencerah telah lama membangkitkan pandangan dan pemikiran serta tauladan dalam upaya membangkitkan peran-peran masyarakat yang telah begitu kehilangan roh islam karena terlalu lamanya menjadi bangsa terjajah (350 tahun), sehingga pandangan-pandangan ketidaktahuannya menutupi segala potensi yang ada pada dirinya. Banyak pandangan-pandangan ulama-ulama pencerah mulai disadari justru setelah lebih dari seratus tahun, ketika kaum tradisional telah begitu banyak kekurangan dalam profesionalisme dalam berbagai hal. Dan sangat disayangkan, proses penyadarannya justru sangat terlalu lama, yaitu hampir seratus tahun lebih. Itupun masih dalam masalaah-masalah yang tidak terlalu prinsipil. dan hal ini belum menyangkut pada pokok permasalahan yang utama, yaitu melepaskan diri dari kebodohan, keterbelakangan, yang menyebabkan masyarakat mayoritas menjadi masyarakat yang tertinggal.

Diantara ulama-ulama pencerah yang melakukan pencerahan di indonesia, adalah:

1. Syekh Ahmad Khatib (w. 1334 H/ 1919 M)

Seorang ulama besar asal Minangkabau, yang dikenal sebagai pencerah (pembaharu) awal di Indonesia, dan bisa dianggap sebagai bapak pembaharu di Indonesia. Dari pemikiran dan juga didikannya, maka banyak lahir ulama-ulama besar yang melakukan pencerahan, terutama di daerahnya (Minangkabau) dan di Jawa.

Banyak ulama besar pembaharu merupakan hasil didikannya, atau pernah berguru padanya, diantaranya: Haji Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka), Syaikh Ja,il Jaho, Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad (perintis media islam pertama), Haji Agus Salim (tokoh pergerakan nasional), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah, dan merupakan tokoh pencerah terbesar), dan lain-lain.


2. KH Ahmad Dahlan (w. 1340 H/ 1923 M)

Seorang ulama besar asal Jogjakarta, tokoh pencerah terkemuka di Indonesia, dan merupakan pendiri persyarikatan Muhammadiyah. Disamping sebagai tokoh pencerah bidang keagamaan, ia juga merupakan pelopor pendidikan modern di Indonesia. Ia juga adalah tokoh yang selalu mengkampanyekan tentang kemandirian umat islam dengan mengembangkan badan-badan usaha, terutama pendidikan dan kesehatan.

Ahmad Dahlan adalah tokoh yang paling pantas disebut sebagai bapak pendidikan modern Indonesia. Karena dialah yang pertama mendirikan sekolah modern di indonesia (sangat keliru hal ini diberikan keppada pendiri taman siswa). Disamping sifatnya yang lebih universal, Ahmad Dahlan telah membuktikan tentang kemandirian umat Islam dalam membuat dan menghidupi lembaga pendidikan tanpa bantuan dari pemerintah penjajah Belanda, dan pemerintah indonesia.


3. Muhammad Thahir Jalaluddin (w. 1956 M)

Seorang murid muhammad Abduh (ulama besar asal Mesir dan merupakan tokoh pembaharu / pencerah terbesar dalam bidang intelektual). Ia berjasa dala menyebarkan gagasan pembaharuan / pencerahaan yang dibawa oleh gurunya (Abduh).

Lewat majalah "Al Imam", gagasan pembaharuan disebarkan ddi singapura, dan mulai berpengaruh di Indonesia.


4. Syekh Dr. Abdullah Ahmad (w. 1933 M)

Salah seorang pencerah (pembawa pembaharuan) asal Minangkabau, dan dianggap sebagai perintis jurnalistik keagamaan di Indoesia, pendiri majalah Almunir.


5. Syekh. Dr. Abdul Karim Amrullah (w. 1964 H/ 1945 M)

Seorang pencerah (pembaharu) terbesar Minangkabau dizamaannya, dan merupakan ayah dari intelektual ternama, Buya Hamka.

Ia selalu mengkampanyekan supaya kembali kepada sunnah nabi, meninggalkan taqlid, dan berupaya memberantas bid'ah-bid'ah dan khurafat yang masih banyak dilakukan di indonesia.



6. H. Samanhudi (w. 1375 H/ 1956 M)

Seorang tokoh pertama dalam khazanah Indonesia modern yang membangkitkan harga diri bangsa, dan mungkin paling pantas disebut "pelopor kesadaran nasional". Ia juga merupakan pendiri SDI (Syarikat Dagang Islam), yang menekankan tentang pentingnya kebangkitan ekonomi masyarakat Indonesia.


7. HOS Cokroaminoto (w. 1934 M)

Pendiri SI (Syarikat Islam), dan merupakan tokoh yang paling pantas disebut bapak politik modern Indonesia, karena dialah yang pertama kali mendirikan partai politik di Indonesia dan mencetuskan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Meski turunan priyayi Jawa, HOS Cokroaminoto bisa melepaskan diri dari ikatan tradisi yang kuat tersebut, dan menjadi pencerah terhadap pemikiran politik di Indonesia.


8. Ahmad Hasan (w. 1962 M)

Seorang pemikir yang menjadi inspirator banyak tokoh di Indonesia. Ia merupakan seorang pemikir fiqih besar, yang melakukan pembaharuan terhadap pemikiran fiqih di Indonesia, disamping tokoh yang paling berpengaruh dalam organisasi Persis (persatuan Islam).

Ia terkenal sebagai ahli polemik masalah keagamaan dan juga seorang penulis produktif, dan banyak memperkenalkan cara mengambil hukum dalam fiqih.


9. Buya Hamka (w. 1981 M)

Buya Hamka adalah seorang intelektual terbesar dalam khazanah pemikiran Islam dan sastra melayu. Ia merupakan seorang ulama yang tidak banding dalam pemikiran dan juga karya, disamping daya kritiknya terhadap berbagai persoalan keagamaan dan juga dalam pemikiran ketatanegaraan.

Karyanya "Tafsir al Azhar" merupakan kitab tafsir terbesar yang dihasilkan oleh intelektual Indonesia dizamannya (dan mungkin hingga kini), dan pengkajiaannya banyak menyajikan pemikiran yang futuristik.. Disamping itu, ia telah membuktikan bahwa keluasan ilmu bisa didapat dengan jalan otodidak (belajar sendiri).


10. BJ Habibie (1936- M)

Merupakan tekhnolog terbesar yang dimiliki Indonesia. Ia merupakan pencerah dalam bidang tekhnologi, yang banyak mengirim orang-orang pandai ke luar negeri dalam upayanya mengembangkan tekhnologi di Indonesia. Disamping itu, ia termasuk tokoh yang banyak memberikan inspirasi bagi generasi sesudahnya daalam penguasaan ilmu-ilmu tekhnik di indonesia.


11. Dr. Imaduddin Abdurrahim (1931- M)

Pemggagas pendirian Ikatan cendekiawan muslim Indonesia (ICMI), dan merupakan seorang intelektual paling berpengaruh dalam pengkaderan Islam di lingkungan sekolah-sekolah sekuler yang didirikan oleh pemerintah Indonesia. Kedudukannya sebagai pengajar di ITB (Institut tekhnologi Bandung) menjadikannya tokoh terdepan dalam pengkaderan intelektual-intelektual terkemuka di Idonesia.

Tulisannya dalam bidang tauhid banyak menginspirasikan generasi terpelajar yang terdidik secara sekuler untuk mendalami islam dan juga memperjuangkannya meskipun mengalami jalan yang terjal.


12. Nurcholis Madjid (1939- M)

Nurcholis Majdid adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam pemikiran Islam dilingkungan masyarakat terdidik dalam bidang keagamaan. Tetapi pengaruhnya juga kemudian menjadikannya sebagai tokoh pembaharu pemikiran dizamannya.

Pemikirannya tentang universalisme, kosmolpolitanisme dan lain-lain banyak mengispirasikan kaum terdidik secara agama dalam memahami agama yang lebih luas.


13. Amin Rais (1944- M)

Amin rais adalah seorang pakar politik dan merupakan bapak reformasi di Indonesia. Dalam bidang pemerintahan dan ketatanegaraan, ia selalu mengkampanyekan tentang pentingnya federalisme sebagai pengganti sistem persatuan yang terpusat, yang dianggapnya telah gagal dan cenderung menumpuk kekayaan dipusat pemerintahan (jakarta). Meskipun ide negara federal masih ragu-ragu untuk diterima, dan lebih diterima dengan istilah "otonomi daerah". Tetapi dari idenyalah, daerah-daerah yang selalu dipandang sebelah mata, mulai merasakan ide-ide besar dari Amin rais, dan kemakmuran daerah-daerah sudah didepan mata.

(lanjut....)

Kamis, 23 September 2010

MENGENAL PARA PEMIKIR ISLAM KLASIK ACEH

Aceh merupakan tempat para pemikir-pemikir muslim klasik yang hebat. Meskipun banyak karya-karyanya yang hilang karena dibakar, dari sisa-sisa yang ada menunjukan, bahwa pemikirannya sangat mengagumkan......


1. Hamzah Fansury (w. 1607-1610 M)

Seorang pujangga dan ulama terkemuka aceh darusalam klasik (abad 17 awal). Ia merupakan penyair sufi yang tiada bandingnya di tanah nusantara. Disamping itu ia juga dianggap sebagai perintis tradisi sastra melayu.

Hamzah fansury hidup di era keemasan negeri Aceh Darussalam, era sultan alauddin Riayat syah Saiyid al Mukammil, dan era Sultan iskandar Muda (mp. 1016-1045 M). Ia merupakan pujangga sufi terbesar, yang dikemudian hari banyak diserang pemikirannya oleh ulama asal Ranir (india yang bermukim di Aceh).

Hamzah fansury adalah tipe manusia yang sangaat haus akan ilmu, sehingga ia banyak mengembara ke berbagai tempat untuk mempelajari ilmu keagamaan (Arab, India, Melayu, Siam, dan lain-lain), sehingga ia terkenal sangat alim dalam berbagaai ilmu pengetahuan (fiqih, tasauf, sejarah, filsafat, dan sastra. Ia juga menguasai berbagai bahasa: Arab, Persia, Melayu, Siam, Urdu, dan lain-lain).

Diantara karya-karyanya yang masih selamat karena pembakaran di era Ar Raniry, seorang ulama asal ranir, India, (yang menjadi qadi di pemerintahan Aceh Darusalam setelah Samsuddin Pase), yaitu : "Asrarul Arifin fi Bayani Ilm Suluk wat Tauhid", yang membahas tentang masalah ilmu tauhid dan ilmu suluk,; Kitab Syarabul Asyikin, dan lain-lain.


2. Samsuddin Pase (w. 1039 H/ 1630 M)

Seorang ulama terbesar yang dihasilkan oleh peradaban Islam klasik di Aceh. Ia merupakan murid dari Hamzah Fansury dan seorang intelektual yang mumpuni. Ia sangat menguasai berbagai ilmu pengetahuan keagamaan: fiqih, tarikh, tasauf dan juga filsafat, disamping dikenal sebagai pujangga. Ia juga terkenal sebagai negarawan yang agung (ahli tatanegara yang handal), disamping penguasaanya terhadap banyak bahasa (Arab, Persia, Melayu, Aceh dan Jawa). Dan pada masanyalah Aceh darusalam mengalami masa keemasannya, dibawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda.
Kedudukannya sebagai qadi malikul adil (yang merupakan orang kedua setelah sultan skandar Muda), dan mufti (ahli fatwa) besar, serta juga menjabat syekh Jami Baithurrahman (sekarang rektor Universitas Baiturrahman), membuat ia sangat berpengaruh dalam berbagai kebijakan dalam pemerintahan di era Sultan Iskandar Muda yang terkenal. Ia juga adalah orang yang paling berjasa menjadikan Aceh Darusalam sebagai pusat ilmu pengetaahuan dan kebudayaan di wilayah Asia tenggara. Dan pada masanyalah Aceh mencapai puncak keemasannya.


3. Bukhary al Jauhary (abad 17 M)

Seorang ulama besar asal Aceh Darusalam pada abad ke-17 M, penulis buku etika (adab) terkenal, yang berjudul ' Kitab Taj al Salatin', yang ditulis pada tahun 1603 M.

Kitab Taj al Salatin' merupakan karya adab dalam khazanah sastra melayu klasik, dan dianggap sebagai buku pertama tentang pemerintahan dalam sejarah kesusatraan Melayu, yang memandang politik sebagai bagiaan inheren dari agama.

Dalam bukunya ini ia menekankan tentang pentingnya ajaran Islam dalam praktek-praktek politik raja (penguasa), keharusan menjadikan ajaran Islam sebagai satu landasan perilaku politik penguasa di kerajaan.


4. Abdurrauf Singkel (w. 1106 H/ 1695 M)

Seorang ulama besar terakhir di era kejayaan peradaban Aceh Darussalam Klasik, yang terkenal dengan nama " Teungku Syiah Kuala", yang sekarang menjadi nama dari universitas yang ada di Aceh Darusalam (Universitas Syiah Kuala).

Ia terkenal sebagai orang yang cinta ilmu. ia mengembara selama 20 tahun untuk belajar kepada ulama-ulama besar di Jazirah Arab, Mekah, Madinah, Yaman, Baitul Maqdis, dan Istambul. Sehingga ia sangat terkenal dalam berbagai ilmu pengetahun, seperti: ilmu keagmaa (fiqih, tasauf, hadits, tafsir), sejarah, ilmu falak (astronomi), kedokteran, ilmu kalam (teologi) dan lain-lain.

Ia juga adalah ulama besar yang telah menerima ijazah tarekat dari imam-imam tarekat terkenal, seperti ijazah tarekat Qadiriyah dari Syekh Ahmad Qashashi, dan ijazah tarekat Syatariyah dari Syekh Burhanuddin Maula Ibrahim ibn Hasan Al Kawarani, dan lain-lain.

Ia datang ke Aceh ketika kerajaan Aceh Darussalam sedang mengalami kekacauan di era qadi malikul adil, Nurruddin Ar Raniry. Dimana Aceh berada dalam titik nadhir perpecahan yang berlarut-larut, karena perbedaan politik dan pemahaman terhadap agama.

Dan ketika ia diangkat menjadi Qadi, mufti dan syekh Baiturrahman, ia melakukaan berbagai reformasi kebijakan politik agar tidak terjadi lagi kerusuhan (chaos) akibat perbedaan pemahaman dan perbedaan politik yang tajam. Disamping itu, ia juga berjasa menjadikan Aceh Darusalam menjadi pusat kebudayaan dan juga pusat ilmu, yang banyak dikunjungi oleh kaum terpelajar.

Diantara, pelajar dari berbagai negara yang datang ke Aceh darussalam untuk berguru kepada Syek Abdurrauf adalah : Syekh Burhanudin, yang dianggap orang yang paling berjasa dalam pengislaaman di daerah Minangkabau; Dan juga Syekh Abdul Muhyi, yang dianggap sebagai orang yang paling berjasa dalam pengislaman di daerah Pasundan selaataan dan timur Kuningan, Garut, Ciamis dan Tasik malaya).


Ulama Luar Aceh yang Menjadi Qadi di Aceh Darussalam

Disamping keempat ulama besar asal Aceh tersebut, ada juga ulama yang sangat berpengaruh di era peradaban Aceh klasik, yaitu Nurruddin Ar raniry. Ar raniry adalah ulama besar asal ranir (rander), suatu bandar yang tidak jauh dari Gujarat India. Meskipun demikian, ia sangat fasih bahasa Melayu.

Karena perbedaan pemikiran dengan qadi almalikul adil 'Syamsuddin Pase', maka ia kemudian menjadi oposisi dan kemudian melakukan pemberangusan terhadap pemikiran Syamsuddun fase dan gurunya, Hamzah fansury. Di era Ar raniry inilah banyak terjadi pembakaran buku-buku lawan politiknya, yang merupakan khazanah pemikiran peradaban Aceh Darussalam yang sangat berharga.

Meskipun dianggap berjasa dalam memurnikan pemahaman agama yang salaf, tetapi di era ar raniry dianggap sebagai awal dari kemunduran pemikiran peradaban Islam klasik di era peradaban Aceh Klasik. Karena setelah generasi Ar raniry, meskipun masih ada yang tersisa, yaitu Syekh Abdurrauf, tetapi Aceh terus mengalami kemunduran peradabannya. (Nama Ar raniry sekarang dijadikan nama dari IAIN yang ada di Banda Aceh)


(........lanjut)









(lanjut).........